Jumat, 28 Agustus 2015

kebijakan pemerintah


Berbagai kebijakan pemerintah di bidang kesehatan salah satunya adalah dengan menjalankan program unggulan, seperti  Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa Siaga Aktif dan Peningkatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Dikutip dari Promkes Surabaya, bahwa Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari Desa Siaga, yaitu Desa atau Kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. Dan juga penduduknya mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Menciptakan Desa Siaga Aktif dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat memang bukanlah hal yang mudah, harus ada kerjasama yang baik dan saling mendukung antara desa dengan masyarakatnya.
Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah:
  1. Memberikan kesadaran tentang arti penting lingkungan yang bersih kepada masyarakat
  2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah



Senam Angkatan



Kami (Kesehatan Masyarakat 2015) mendapat tugas untuk membuat senam angkatan. Tanggal 26 Agustus 2015, sepulang PKKM(Pengenal Karakter dan Kepribadian Mahasiswa) kami berkumpul di FIB sambil menunggu yang lain. setelah cukup banyak yang kumpul, kami bersama-sama pergi ke lapangan Karang Wangkal untuk berlatih senam. Karena gerakan yang terlalu banyak dan 'ribet', akhirnya kami berganti gerakan senam.
Semangat untuk besok teman-teman Kesmas'15. SEMANGAT SEMANGAT SEMANGAAAT!!!

Diary OSMB (1)


Tanggal 28 Agustus 2015 merupakan hari PKKMB dan BtoPH Endemik 2015. Acara ini terpisah di dua tempat, yaitu gedung farmasi dan gedung keperawatan. Saya kebagian di gedung farmasi. Acara dimulai pada pukul 07.00. Oiyaa, ada jargon FIKES lho, saat MC bilang Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, maka kami harus menjawab  Satu Jiwa, Satu Hati, FIKES Jaya. Horeee.  Saat PKKMB  ada beberapa acara, antara lain :
-          Pengenalan BEM Fikes, oleh Mas Adnan
Dalam sesi ini, dikenalkan apa itu mahasiswa, visi dan misi FIKES, dan lainnya. Mahasiswa diibaratkan seperti tunas, tidak tumbuh sendiri, tetapi juga merangkul yang tunas-tunas yang ada di sekitar mereka. Dan ada kutipan yang menarik “Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan” – Soe Hok Gie
-          Interprofessional Education, oleh Bapak Tunggul Adi Purwonugroho
Bahwa kita harus dapat mengkolaborasikan jurusan dan prodi yang ada di FIKES, membuang rasa egonya masing-masing.
-          Etika Mahasiswa, oleh Ibu Vitis Vini Fera
“Yang bertanggungjawab atas apa yang anda lakukan adalah diri anda sendiri”
-          Gerakan Menuju 1000 Proposal PKM(Program Kreativitas Mahasiswa), oleh Ibu Hanif Nasiatul Baroroh
Lulusan Perguruan Tinggi dituntut untuk : academic knowledge, skill of thingking, management skill, dan communcation skill.
Setelah acara tersebut selesai, kami berpindah ke kampus Kesehatan Masyarakat, untuk mengikuti ospek jurusan.  Kami berbaris menurut kelompok yang sudah dibagi. Lalu, yang laki-laki sholat jumat di masjid sekitar Kesmas dan yang perempuan sholat di ruang kuliah 1 Kesmas. Setelah selesai menjalankan ibadah sholat, kami berbaris di lobi untuk makan siang. Kami hanya diberi waktu 7 menit untuk menghabiskan makan siang ini, dan bagi yang sudah selesai makan harus membantu temannya untuk menghabiskan makan.
Setelah makan siang, kami kembali berbaris di parkiran untuk opening ceremony. Setelah selesai, kami menuju ke ruang kuliah IV Kesmas untuk menerima materi. Yang ini juga ada jargonnya lhoo, saat MC bilang Endemik 2015, maka kita harus menjawab GET A MIRACLE TO THE BRIGHT FUTURE. Materi yang diberikan antara lain :
-          Kesehatan Masyarakat dan Profesinya, oleh Ibu Elviera Gamalia
-          SIA (Sistem Informasi Akademik), oleh Bapak Khadirin
-          Pengenalan Dosen, oleh Bu Ella
Alhamdulilah, PKKMB dan BtoPH Endemik 2015 hari ini selesai. TETAP SEMANGAAAAT!!

BIOGRAFI Mayjen Prof.Moestopo



Mayor Jenderal Professor Moestopo (lahir di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur, 13 Juli 1913 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 29 September 1986 pada umur 73 tahun) adalah seorang dokter gigi Indonesia, pejuang kemerdekaan, dan pendidik. Dia dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 2007.
Lahir di Kediri, Jawa Timur, Moestopo pindah ke Surabaya untuk menghadiri Sekolah Kedokteran Gigi di sana. Pada awalnya menjadi seorang praktisi, karyanya terputus pada tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia dan Moestopo ditangkap oleh Kempeitai untuk mencari mencurigakan. Setelah dibebaskan, ia menjadi dokter gigi untuk Jepang tapi akhirnya memutuskan untuk melatih sebagai seorang perwira tentara. Setelah lulus dengan pujian, Moestopo diberi komando PETA pasukan di Sidoarjo, ia kemudian dipromosikan menjadi komandan pasukan di Surabaya.
Sementara di Surabaya, selama Indonesia Revolusi Nasional Moestopo ditangani dengan pasukan ekspedisi Inggris yang dipimpin oleh Brigadir Walter Sothern Mallaby Aubertin. Ketika hubungan rusak dan Presiden Soekarno dipanggil ke Surabaya untuk memperbaiki mereka, Moestopo ditawari pekerjaan sebagai penasihat tapi ditolak. Selama perang ia menjabat beberapa posisi lainnya, termasuk memimpin satu skuadron tentara reguler, pencopet, dan pelacur untuk menyebarkan kebingungan di jajaran pasukan Belanda musuh. Setelah perang, Moestopo terus bekerja sebagai dokter gigi, dan pada tahun 1961 ia mendirikan Universitas Moestopo. Dia meninggal di Bandung pada tahun 1986.­
Moestopo lahir di Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur, Hindia Belanda pada tanggal 13 Juli 1913. Dia adalah anak keenam dari delapan bersaudara yang lahir Raden Koesoemowinoto. Setelah sekolah dasar nya, Moestopo pergi ke Sekolah Kedokteran Gigi (STOVIT) di Surabaya. Pendidikannya awalnya dibayar oleh saudara tuanya, Moestopo kemudian mengambil untuk menjual beras untuk mendapatkan jalan melalui universitas. Mengambil pendidikan lanjutan di lapangan di Surabaya dan Yogyakarta, pada tahun 1937 ia menjadi asisten dokter gigi di Surabaya. Dari 1941-1942, ia menjadi asisten direktur STOVIT.
Setelah perang, Moestopo pindah ke Jakarta, di mana dia menjabat sebagai Kepala Bagian Bedah Rahang di Rumah Sakit Angkatan Darat (sekarang RSPAD Gatot Subroto Militer). Pada tahun 1952, Moestopo mulai pelatihan dokter gigi lain di off waktu dari rumahnya, memberikan pelatihan dasar dalam kebersihan, gizi, dan anatomi. Sementara itu, ia berada di bawah pertimbangan untuk posisi Menteri Pertahanan untuk Wilopo Kabinet, tetapi akhirnya tidak dipilih, melainkan, ia memimpin serangkaian demonstrasi menentang sistem parlementer.
Moestopo diformalkan saja kedokteran gigi rumahnya pada tahun 1957, dan pada tahun 1958 - setelah pelatihan di Amerika Serikat - ia mendirikan Dr Moestopo Gigi College, yang ia terus mengembangkannya sampai menjadi sebuah universitas pada 15 Februari 1961. Pada tahun yang sama, ia menerima gelar doktor dari Universitas Indonesia.
Berikut adalah segelintir penghargaan yang beliau dapatkan, dari Pemerintah Republik Indonesia, yaitu :
1.      Sebagai Pahlawan Nasional
2.      Bintang Maha Putra Utama Republik Indonesia.
3.      Bintang Gerilya
4.      Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia.
5.      Satya Lencana Kemerdekaan 1945 Republik Indonesia
6.      Satya Lencana Prajurit Setia VII.
7.      Satya Lencana Sapta Marga.
8.      Satya Lencana Perang Kemerdekaan I.
9.      Satya Lencana Perang Kemerdekaan II.
10.  Satya Lencana Gerakan Operasi Militer (GOM) I.
11.  Satya Lencana Gerakan Operasi Militer (GOM) II.
12.  Satya Lencana Gerakan Operasi Militer (GOM) III
13.  Satya Lencana Gerakan Operasi Militer (GOM) IV.
14.  Satya Lencana Dwidja Sistha dari Menhankam RI.
15.  Satya Lencana Satya dari UNPAD.
16.  Bintang Karya Bhakti dari UPDM(B)
17.  Satya Lencana Badan Keamanan Rakyat.

Dari Luar Negeri, yaitu :
1.      Dari Pemerintah Yugoslavia : Yogoslavenska Narodna Armija (Non Blok)
2.      Dari Pemerintah Jerman Barat : Um Internationale Fur Verdienste Partnershaft (Liberal).
3.      Masyarakat Internasional : Lion International (dalam bidang sosial).

Moestopo meninggal pada 29 September 1986 dan dimakamkan di Pemakaman Cikutra, Bandung.

Dementia disease

Dementia, Publich Health And Public Policy, Making The Connection

Ø  Introduction
Public health and dementia have, until recently, rarely been found sharing the same bed either in academic journal or in policy discourse. This party reflects the low profile that dementia has had policy debates but even ehen it has failen under the spotlight, the focus has been on it as a neuorological condition and the priority has been to find effective treatments or cure.
In the last 10 years, howevere, the landscape has canged significantly and he profile of dementia has risen dramaticaly in policy, research and practice terms. Although the liink with public health is still relatively week a significant development took place in 2014 which perhaps signal a change on that front.
Ø  Dementia
Dementia is an umbrella ter  for a variety of organic condition in that affect the brain. Commoon symptoms are loss of memory, cognitive impairments, deterioration in motor skills and executive function, confusion, and delucions. It is a progressive and terminal condition and there is curently no cure or universally effective treatment. An estimated 800,000 people in the UK are believed to have some form of dementia, the most common of which is Alzheimer’s disease, affecting arround 62% of people with dementia. Dementia is overwhelmingly an illness of later life and the risk of developing dementia increase as one gets older;none in 25 people aged between 70 until  79 have dementia but this rises to one in six people aged over 80. Two-thirds of peopple with dementia live in their own homes in the community. With an ageing population in the UK it is estimated that by2021 there will be over a million people with dementia. The cost of dementia to the UK economy is currently estimated to be $23 billion (Alzheimer’s Society, 2013).
Ø  Public policy and dementia
10 years ago dementia hardly featured in the public  policy  landscape. It was not mentioned in the Department of Health’s (1999) National Serviice Framework (NSF) for mental health which only went up to the age of 65. In the 2001 NSF for older people it was onlya sub-section in the chapter on the mental health of older people (Department of Health, 2001). This changed dramatically in the second half of the decade with several national reports about dementia  and in2009, the publication by the Department of Health (2009) of a national dementia strategy for England scotland, Wales and Northem Ireland have all followed suit.